Dunia sekarang tak lepas dengan namanya `gadget`, kita harus tetap membentengi iman kita untuk menghindari konten-konten yang tidak sepatutnya dilihat kaum-kaum dini. |
Sahabat, Sadarkah kita ketika sedang asyik sendiri berchatting atau kirim pesan inbox dengan “si dia” di hadapan layar dunia maya, sejatinya kita sedang menjalin hubungan “berduan” dengan komunikan kita. Hanya kamu dan dia yang tahu. Memang ini secara fisik terpisah dan mungkin tidak seekstrim “itu”. Tapi setidaknya, waspadai gejolak hati yang bermain. Yang menjadi controller adalah kita sendiri. Jadi, ketika keimanan dalam diri seseorang meredup, maka hal apa yang menjamin tidak ada apa-apa di antara keduanya?Muroqobatullah (Merasakan pengawasan langsung dari Allah Azza wa Jalla) menjadi sebuah keniscayaan yang perlu selalu dipelihara setiap dari kita. Ingatlah, Sahabat, bahwa Allah selalu bersama kita dimana pun kita berada. Dia mengetahui setiap lintasan pikiran, setiap lirikan mata, dan setiap goresan rasa di hati kita. Jangan sampai Allah mendapati kita sedang bermaksiat dengan segala nikmat yang kita terima dariNya. Kecil atau besar, semuanya bukanlah perkara gratis tanpa pertanggungjawaban.Astaghfirullah… 3xMemang dunia dihiasi dengan hal-hal yang menarik hingga membuaikan para penikmatnya. Tak juga luput dikalangan aktivis dakwah. Butuh kebersamaan dalam usaha berbuat ma’ruf dan mencegah munkar. Karena syaitan senang pada orang-orang yang sendiri, itulah arti penting jama’ah.Semoga Allah menjaga kita di jama’ah dakwah ini.Jejaring sosial itu cukup ada manfaatnya juga sich.. Tapi, mengapa waktu itu sampai ada isu bahwa MUI Jawa Timur akan mengeluarkan fatwa haram facebook? Banyak pro dan kontra yang terjadi, tapi bukan itu yang ingin aku bahas. Aku tidak ingin ikut-ikutan mengeluarkan fatwa, nanti akan lebih banyak protes..hihi (karena emang blom ada ilmunya ). Sedangkan menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalimantan Selatan (Kalsel) Prof H Asywadie Syukur Lc berpendapat, keberadaan Facebook (salah satu sarana komunikasi lewat dunia maya) bisa haram dan tidak. “Kita tidak bisa memfatwakan Facebook itu haram atau sebaliknya, kecuali melihat kontekstualnya,” kata alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir itu.Demikian sedikit berita tentang isu fatwa haram facebook, tapi lagi-lagi bukan itu inti yang ingin aku sampaikan. Yang aku fikirkan mendengar isu tersebut adalah “tentu ada sesuatu hal yang bisa menyebabkan penggunaan facebook menjadi haram”. Yah, minimal menimbulkan suatu mudhorat bagi diri sendiri atau orang lain.Dunia maya seringkali membuat orang lupa untuk mengontrol ucapan dan tindakan mereka, membuat mereka jadi lebih berani, karena merasa tidak diperhatikan secara langsung, walaupun sebenarnya banyak yang memperhatikan. Aku teringat ceramahseorang ustadz, yang intinya kalau kita berbicara lewat telpon atau sms dengan lawan jenis yang disenangi, maka keberanian kita akan jauh meningkat dari pada berbicara langsung, kita jadi tak segan mengeluarkan kata-kata rayuan dan semacamnya. Oleh karena itu dalam hal ini berbicara lewat telpon lebih “berbahaya” dari bertemu langsung.Beberapa potensial bahaya jejaring dunia maya antara lain ketagihan dan menghabiskan banyak waktu (melalaikan hati dari mengingat ALLAH), menjadi media penyebaran hal-hal berbau “haram”, kalau tidak hati-hati menulis status dan comment bisa menimbulkan prasangka buruk, fitnah, salah paham, dan sebagainya, karena yang membacanya banyak sekali dengan asumsi yang berbeda-beda. Facebook bisa juga menipu, misalnya foto atau profile yang ditampilkan tidak sesuai aslinya, sudah ingin melamar misalnya, setelah lihat aslinya eh kok beda ya?Berteman pada dasarnya adalah naluri. Siapapun memiliki kecenderungan mencari teman, menerima teman dan ingin diterima dalam status pertemanan. Sebab sifatnya yang naluriah (fitrah) itu, Islam mengajarkan agar pertemanan hendaknya diikat dalam bingkai saling menghormati, menghargai dan masing-masing pihak menjaga kehormatan pribadi orang lain dalam jalinan pertemanannya. Bahkan sangat dianjurkan apabila memilih atau menerima teman diniatkan untuk menjalin silaturrahim dan persaudaraan. Inilah kerangka dasar pertemanan yang patut dikembangkan dan diindahkan.Mungkin memang berteman di dunia maya menghadirkan sensasi tersendiri, tidak perlu mandi dan dandan untuk berteman (kita lagi ngapain juga orang lain tidak tahu ^^hihi), kita dapat merancang cerita tentang diri sendiri (politik pencitraan tea mereun), seseorang dapat membangun citranya di dunia maya, menjadi lebih relijius, lebih cantik dengan mempermak foto, menjadi suami/istri yang terlihat harmonis dengan foto2 mesra, menjadi orang tua yang terlihat berdedikasi dengan foto2 bareng anak-anak, atau menjadi lebih lembut, pengertian, menjadi apa saja yang bisa dirancang image-nya ^^ (Apakah setiap orang seperti itu? jawabnya tentu tidak, prasangka baik lebih utama didahulukan, mungkin cukup sebagai pengingat untuk diri sendiri ^_^).Rambu-rambu jalinan pertemanan yang sehat dan hanif sebenarnya sudah sangat jelas kita miliki dalam khazanah Islam; dien yang kita junjung kemuliaannya. Begitu juga dari sisi kejiwaan maupun nilai-nilai moral. Baik nilai-nilai moral yang berkembang di masyarakat (sosial), apatah lagi nilai-nilai Islam sebagai nilai yang paling luhur dalam pola hubungan antar individu seperti telah disinggung. Seyogyanya, seorang facebooker muslim atau muslimah harus setia menampilkan nilai-nilai Islami dan mengembangkannya setiap kali berinteraksi dengan teman di dinding facebooknya. Namun kesadaran demikian belumlah merata dipahami setiap kita. Banyak teman, banyak perhatian, mungkin itu daya tarik dunia maya, seolah-olah kita selalu ada, dan selalu ada orang lain bersama kita. Tetapi aku merasa di tengah hiruk pikuk onlen onlen, ada sesuatu yang mengganggu, keramaiannya sering tidak diinginkan, update disana sini, arrrgghhhh pusiiinnnngggggg.Kalau misalnya, sedikit waktu luang online, tengah di perjalanan online, tengah menunggu online, tengah rapat online, tengah belajar online, tengah masak online, tengah ngasuh anak online, haduuhhh kumaha ieuh, kapan kontemplasinya, kapan inget Allah nya, kapan inget dosanya, kapan tobatnyaMungkin sekarang perlu lebih banyak ruangan yang dahulu dipakai untuk tilawah, merenung, berpikir, shalat dengan khusyuk, juga ruangan-ruangan untuk bercengkrama dengan anak, obrolan dengan suami/istri, berkunjung, menengok tetangga. Singkatnya, agar eksis di dunia non maya (bukan berati dunai maya tidak ada manfaatnya). Tapi lagi-lagi sesuatu yang berlebihan/over dosis, bukan hasil yang baik yang dituai.Mungkin, ada baiknya pula untuk saat ini aku masih mempertahankan henpon yang lama, tanpa koneksi internet, tanpa bisa cek email, cek facebookan, cekcok cekcokan, agar memang online hanya di depan laptop, jika tersambung internet di depan komputer. Selebihnya biarlah aku rasakan kemerdekaan dari hingar bingar online..online..dan..online…Sebenarnya tidak ada yang salah dalam menjalin persahabatan di dunia maya semisal di facbook, karena pada prinsipnya silaturahim itu akan menambah rezeki dan memperpanjang usia. Dan manusiawi juga mengungkapkan kekecewaan, selama dilakukan dengan cara yang benar. Permasalahan timbul ketika facebook digunakan secara tidak bijaksana. Atau dengan kata lain, permasalahan akan timbul ketika kita lalai dalam menggunakan media dan fasilitas.Kelalaian pertama adalah kelalaian terhadap waktu. Terbuktilah bahwa waktu luang adalah salah satu nikmat yang kerap disia-siakan. Padahal waktu begitu cepat berlalu dan tidak akan dapat kembali. Padahal kelalaian terhadap waktu adalah kelalaian terhadap kehidupan itu sendiri. Dan kelalaian terhadap waktu pastinya akan berdampak terhadap tidak terpenuhinya amanah waktu yang lain. Waktu untuk bekerja, belajar, beristirahat, beribadah dan sebagainya. Efeknyapun juga terasa mulai dari kian menumpuknya pekerjaan, pemborosan listrik dan dana hingga terisolir dari komunitas sosial.Kelalaian selanjutnya adalah kelalaian terhadap bahaya lisan. Padahal sudah mafhum bahwa mulutmu adalah harimaumu. Betapa banyak orang yang celaka karena tergelincir lidahnya, pun tidak disengaja. Mulai dari canda yang tidak selayaknya hingga umpatan yang menyakitkan. Parahnya lagi, kata-kata yang terungkap adalah bukti tertulis yang tidak dapat hilang begitu saja. Dan ketika setiap kata dan aktifitas menjadi konsumsi publik, seketika itu pula sebagian aib kita akan terungkap. Kelalaian yang tidak kalah berbahaya adalah kelalaian hati. Kelalaian hati dari mengingat Allah. Atau berbagai kelalaian yang mungkin timbul dari berbagai penyakit hati. Berbangga ketika status dan notenya banyak dikomentari. Ujub dengan status – status dahsyat yang menunjukkan berbagai kelebihan diri. Sombong dengan keelokan diri dan banyaknya kegiatan. Iri dan dengki hati terhadap teman yang (sepertinya) lebih beruntung. Atau takabur dengan data diri yang memang di atas kebanyakan orang.Sebagai contoh beberapateman-teman fb-ku yang setatusnya berisi dengan kata-kata yang bagus mengandung makna dan hikmah, seakan ia terpedaya akan symbol yang bukan tidak mungkin dapat membuat kita celaka, itulah symbol jempol atau juga “like”, semakin banyak like semakin ia akan terpedaya. Terpedaya akan berbagai macam penyakit hati mulai dari ujub dsb. Jika ada yang nge”like” 20 orang, ia akan merasakan rasa yang teman-teman juga mengerti akan hal ini, karena aku yakin teman-teman pasti suka dengan symbol “suka” atau “like” ini.. dengan begitu ia akan membuat status dengan kata-kata yang sedemikian rupa, bisa berisi nasihat dsb. Tapi apakah merenungi, jika kita menulis begitu di status kita.. apakah kita seperti apa yang digambarkan seperti status yang dituliskan itu yang mungkin di “like” & dikomentari berpuluh-puluh teman kita??Sudah berhasil dapat symbol “like” dari teman-temannya, ia pasti belum merasa puas, ia akan mencari-cari kata-kata yang sedemikian rupa itu.. entah itu di sebuah buku, Googling di internet, dsb. Dengan niatan agar mendapatkan symbol “like” lebih banyak dari status yang sudah-sudah. Tapi jika tidak mencerminkan diri kita juga dalam status-statusnya itu buat apa??Bisa diambil kesimpulan hanya dengan kata “Apa yang Anda pikirkan?” atau ‘what’s in your mind?’ ini.. dapat membuat kita terbuai & terlena.. dan bukan tidak mungkin dapat menghinggapi penyakit hati, mulai dari sombong, ujub, riya, bahkan bisa juga munafik.. na’udzubillah…‘Ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.Ibnul Mubarok pernah berkata, “Perasaan ‘ujub adalah ketika engkau merasa bahwa dirimu memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.”Imam Al Ghozali menuturkan, “Perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaannya kepada Alloh.”Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu ? Allohk berfirman :“Bagi Alloh semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antaranya.” (QS. Al Maidah : 120)Ujub merupakan salah satu sifat nafsu lawwamah yang sangat tercela dan membahayakan, Tidak ada obat yang tepat untuk menghilangkan sifat ujub melainkan dengan cara menggantinya dengan sifat tawadhu. Munculnya sifat ujub diawali dari rasa heran terhadap diri sendiri, karena melihat dirinya lebih hebat dan istimewa dari yang lain. Dari ujub selanjutnya muncul sifat sombong, yakni dengan cara mengecilkan dan meremehkan orang lain.Dan termasuk kelalaian adalah ketika ada berbagai pembenaran terhadap kelalaian yang sudah dilakukan. Memang faktanya begitu lah, untuk menyambung silaturahim lah, dan berbagai dalih lain yang jika dicari – cari memang tak akan ada habisnya. Mereka yang tidak punya facebook karena ingin memelihara diri jelas lebih baik daripada mereka yang kerap membenarkan berbagai penyalahgunaan dan berdalih atas berbagai kelalaian. Lebih baik dibilang kurang gaul tapi selamat dibandingkan dianggap sok gaul tapi bertabur dosa dan maksiat.Seperti disampaikan salah seorang teman, facebook ibarat pisau yang manfaat atau mudharatnya tergantung penggunaannya, tulisan ini tidak hendak mengharamkan facebook yang memang tidak ada dalil jelas yang mengharamkannya. Namun, lebih mengingatkan untuk lebih bijaksana dalam menggunaannya, termasuk waspada terhadap berbagai potensi kelalaian yang ada didalamnya dan berbagai potensi pembenaran yang menyertainya
http://alfiyandi.wordpress.com (dengan sedikit perubahan)